Tersesat Karena Teman, Taubat Karena Iman

    Tersesat Karena Teman, Taubat Karena Iman
    Tersesat Karena Teman, Taubat Karena Iman

    NUSAKAMBANGAN – Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas Nusakambangan melaksanakan penggalian data untuk pembuatan litmas di Lapas Kelas I Batu Nusakambangan pada Kamis 06 Oktober 2022. Metode penggalian data yang digunakan kali ini adalah wawancara dengan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) kasus narkotika yang baru saja dipindahkan ke Lapas Batu. WBP berinisial SW tersebut baru sekitar satu minggu menjadi penghuni lapas dengan klasifikasi Super Maksimum Security tersebut. Ia dipindahkan karena termasuk narapidana dengan vonis tinggi, yaitu 18 tahun penjara. SW telah menjalani sekitar 5 tahun dari masa pidananya tersebut. Masih sekitar 11 tahun lagi masa pidana yang harus dijalaninya. SW menceritakan kisah hidupnya pada Jatmiko, PK yang mewawancarainya pagi itu. SW mengungkapkan bahwa sebenarnya dirinya dibesarkan dalam keluarga yang mengutamakan pendidikan agama Islam. SW juga menyelesaikan pendidikan dasar 12 tahun di Madrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah) sehingga pengetahuan agama SW cukup mendalam, Rabu (02/11/2022).

    SW tersesat ke dalam pengaruh narkotika karena pergaulan. Semenjak bekerja di Jakarta dan berkenalan dengan AM, kehidupan SW mulai berubah. AM merupakan seorang pemakai narkotika dan menggunakan sabu sebagai doping dalam bekerja. SW yang berteman akrab dengan AM mulai terpengaruh dan menjadi pemakai juga. Bahkan pada saat AM behenti menjadi pemakai karena mulai sakit-sakitan, SW tetap menjadi pemakai. Pada akhirnya SW ditangkap dan mendapatkan vonis 18 tahun penjara. Setelah mendapatkan vonis pidana penjara, istri SW pun mengajukan perceraian. Malang benar nasib SW, saat dirinya masih menjalani pidana penjara dirinya mendapatkan kabar bahwa mantan istrinya menikah dengan AM, teman yang dahulu mengenalkannya pada narkotika. “Saya tidak menyangka pak, orang yang menjerumuskan saya pada akhirnya menikahi mantan istri saya.” tutur SW sambal berkaca-kaca. Kini SW hanya bisa menyesali perbuatannya. Tapi di balik semua kejadian yang menimpanya, SW bersyukur karena dahulu orangtuanya telah membekalinya dengan agama Islam. SW kini kembali rajin mengerjakan sholat wajib dan sunnah seperti masa-masa sekolahnya dahulu. SW juga mampu mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu 15 hari. “Saya bersyukur masih ada iman di hati, sekarang saya merasa dekat dengan tuhan, dan hati lebih tenang dan damai.” kata SW.

    Rifki Maulana

    Rifki Maulana

    Artikel Sebelumnya

    Sembilan orang mantan napi yang sekarang...

    Artikel Berikutnya

    Uji Publik Hasil Penelitian BNN Tahun 2019

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Desa Tulung Klaten Gelar Upacara Penutupan Karya Bakti Mandiri Klaten Bersinar (KBMKB) Ke-XXVI
    Arahan Dari Kepala Biro BMN Pengadaan Pra Dipa, Rutan Kudus Ikuti Secara Virtual
    Rutan Kudus Ikuti Arahan Kepala Biro BMN Dalam Pengadaan Pra DIPA Anggaran 2025 Secara Virtual

    Ikuti Kami